MAKALAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
CHUSNUL APIATIN
22214395
1EB32
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTASI
UNVERSITAS GUNADARMA
BAB I
PENDAHULUAN
Pola dan proses dinamika pembangunan
ekonomi di suatu negara sangat ditentukan oleh banyak faktor, baik internal
(domstik) maupun eksternal (global). Faktor-faktor internal, diantaranya adalah
kondisi fisik (termasuk iklim), lokasi geografi, jumlah dan kualitas sumber
daya alam (SDA) yang dimiliki, kondisi awal ekonomi, sosial dan budaya, sistem
politik serta peran pemerintah di dalam ekonomi. Sedangkan, faktor-faktor
eksternal diantaranya adalah perkembangan teknologi, kondisi perekonomian dan
politik dunia, serta keamanan global.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa keberhasilan pembangunan dari
suatu negara, khususnya negara berkembang, tidak terlepas dari sistem
perekonomian atau pembangunan ekonomi yang diterapkan, infrastruktur
fisik dan sosial, serta tingkat pembangunan yang telah dicapai pada masa
penjajahan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan
ekonomi bukan ”warisan” dari negara penjajah, melainkan orientasi politik,
sistem ekonomi serta kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh rezim pemerintah
yang berkuasa setelah lenyapnya kolonialisasi, terutama pada tahun-tahun
pertama setelah merdeka karena tahun-tahun tersebut merupakan periode yang
sangat kritis dan sangat menentukan kelanjutan pembanguan selanjutnya. Dapat
disimpulkan apabila penerapan sistem ekonomi serta kebijakan-kebijakan yang
diterapkan oleh rezim pemerintah yang berkuasa pada tahun-tahun pertama setelah
merdeka dikatakan kurang tepat, atau hancurnya infrastruktur ekonomi, fisik,
maupun nonfisik, perang revolusi, serta gejolak politik di dalam negeri,
ditambah lagi dengan manajemen makro yang buruk pada tahun-tahun pertama
setelah merdeka, maka dalam kondisi politik dan sosial dalam negeri seperti ini
sangat sulit sekali bagi pemerintah utuk mengatur perekonomian dengan baik di
tahun-tahun berikutnya.
Dapat dilihat dari pengalaman Indonesia sendiri menunjukan bahwa pada zaman
Pemerintahan Orde Lama, rezim yang berkuasa menerapkan sistem ekonomi tertutup
dan lebih mengutamakan kekuatan militer daripada kekuatan ekonomi. Ini semua
menyebabkan ekonomi nasional pada masa itu mengalami stagnasi atau pembangunan
praktis tidak ada.
Pentingnya mempelajari suatu sejarah perekonomian untuk suatu negara khususnya
Indonesia. Karena, dengan mempelajari sejarah perekonomian negara itu sendiri
diharapkan dapat memecahkan suatu permasalahan perekonomian dari negara itu
sendiri. Sehingga dapat mengambil keputusan untuk menerapkan sistem ekonomi
yang dapat dikatakan pantas untuk negara itu. Maka dari itu dalam bab ini saya
akan membahas mengenai sejarah ekonomi Indonesia pada masa Pemerintahan Orde
Lama (1950-1996), hingga pada masa Pemerintahan Megawati (2001 sampai
sekarang), serta sistem ekonomi Indonesia.
BAB II
Perekonomian
Indonesia
1. Sistem
Ekonomi Indonesia
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan dari
suatu negara untuk membuat sumber daya yang
dimilikinya berjalan dengan baik kepada suatu individu maupun organisasi di
negara tersebut. Perbedaan yang terdapat
antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana
cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang
individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem
lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi
yang satu dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara
sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu
boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya,
semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem
ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut Selain faktor
produksi, sistem ekonomi juga
dapat dibedakan dari cara sistem
tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana ( planned
economies) memberikan hak kepada pemerintah
untuk mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara
pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah yang mengatur
faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan
permintaan.
-
Pengertian Sistem
Sistem
adalah suatu subjek serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu.
Subjek atau objek pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang – orang atau masyarakat.
Sedangkan sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur kondisi perekonomian suatu Negara yang
disesuaikan dengan kondisi kenegaraan dari Negara itu sendiri.
.
·
Sistem
Ekonomi Dunia
Sistem
perekonomian adalah suatu alokasi yang diberikan negara kepada individu atau
lembaga tertentu. Sistem perekonomian negara merupakan suatu sistem yang dianut
oleh suatu negara, Sistem perekonomian yang dijalankan suatu negara akan
memberikan dampak tersendiri terhadap perekonomian negara tersebut, dan juga
bisa mempengaruhi bangsanya. Oleh karena itu sistem perekonomian yang
diterapkan suatu negara tidak boleh sembarangan.Sistem ekonomi adalah seperangkat
mekanisme dimana suatu negara memiliki strategi untuk mengatur kehidupan
ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran rakyatnya. Sistem ekonomi di
pengaruhi dengan adanya faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang membedakan sistem ekonomi
antara negara yang satu dengan yang lain, yaitu:
1. Falsafah
dan ideologi negara,
2. .Sistem
politik,
3. Sistem
pemerintahan, dan
4. Lembaga-lembaga
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
Faktor eksternal yang mempengaruhi sistem ekonomi di
suatu negara, yaitu:
1. Sistem
ekonomi yang dianut oleh negara tersebut,
2. Sosial
budaya luar negeri,dan
3. Politik
dunia internasional.
Dibawah ini merupakan macam-macam dari sistem
ekonomi di beberapa belahan dunia, yaitu:
-
Sistem Ekonomi Sosialis/Komunis
Sistem ekonomi ini menjadikan pemerintah sebagai pusat dari segala macam
kegiatan ekonomi. Segala macam kegiatan ekonomi masyarakat diatur oleh pusat,
bahkan mengenai hak milik pribadi pun pemerintah pusatlah yang mengatur.
Akibat dari sistem
ini, tidak adanya kepemilikan pribadi karena semuanya diatur oleh pusat. Tak
ada pula si kaya dan si miskin karena ekonomi komunis berpandangan bahwa
seharusnya kondisi masyarakat harus “sama rata sama rasa”, tak ada yang lebih
dan tak ada yang kurang. Rakyat atau masyarakat tidak bebas menggunakan sumber daya alam.
Kemampuan
mereka untuk berpikir kreatif benar-benar dipasung sehingga rakyat hanya bisa
“terima-terima” saja. Sistem ekonomi sosialis ini digawangi oleh Rusia.
-
Sistem Ekonomi Liberal/Kapitalis
Sistem ekonomi ini membebaskan
segala macam bentuk kegiatan ekonomi. Pemerintah tak ada urusan dengan kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh rakyat.
Mereka semua mendapatkan hak yang sama untuk berkreativitas. Tak ada
pelarangan Intinya, dalam sistem
ekonomi kapitalis, semua bebas berbuat apa saja. Sehingga tak mengherankan bila
kaum pemodal atau kapital
menjadi kaum yang super power pada sistem ekonomi ini. Sistem ekonomi liberal
atau kapitalis ini digawangi oleh Amerika sebagai negara imperialis.
-
Sistem Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi yang
merupakan kombinasi dari dua sistem ekonomi yang sebelumnya, yaitu komunis dan liberal. Rakyat memiliki hak untuk berkreativitas, namun demikian
pemerintah juga tetap berperan dalam mengatur jalannya kegiatan ekonomi.
-
Perekonomian Terencana
Ada dua bentuk utama perekonomian
terencana, yaitu komunisme dan sosialisme. Sebagai wujud pemikiran Karl
Marx, komunisme adalah sistem yang
mengharuskan pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi.
Namun, lanjutnya, kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut
hanyalah sementara; Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah matang,
pemerintah harus memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada para
buruh. Uni SovietEropa
Timur lainnya
menggunakan sistem ekonomi ini hingga akhir abad ke-20. Namun saat ini, hanya Kuba, Korea
Utara, Vietnam, dan RRC yang menggunakan sistem ini.
Negara-negara itu pun tidak sepenuhnya mengatur faktor produksi. China, misalnya, mulai melonggarkan
peraturan dan memperbolehkan perusahaan swasta mengontrol faktor produksinya
sendiri. dan banyak negara
-
Perekonomian Pasar
Perekonomian pasar bergantung
pada kapitalisme dan liberalisme untuk menciptakan sebuah lingkungan
di mana produsen dan konsumen bebas menjual dan membeli barang yang mereka
inginkan (dalam batas-batas tertentu). Sebagai
akibatnya, barang yang diproduksi dan harga yang berlaku ditentukan oleh
mekanisme penawaran-permintaan.
-
Perekonomian
Pasar Campuran
Perekonomian pasar campuran atau mixed market economies
adalah gabungan antara sistem perekonomian pasar dan terencana. Menurut
Griffin, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang benar-benar melaksanakan
perekonomian pasar atau pun terencana, bahkan negara seperti Amerika Serikat. Meskipun dikenal sangat bebas, pemerintah Amerika Serikat
tetap mengeluarkan beberapa peraturan yang membatasi kegiatan ekonomi. Misalnya
larangan untuk menjual barang-barang tertentu untuk anak di bawah umur,
pengontrolan iklan (advertising), dan lain-lain. Begitu pula dengan
negara-negara perekonomian terencana. Saat ini, banyak negara-negara Blok Timur yang telah melakukan privatisasi pengubahan status perusahaaan pemerintah menjadi perusahaan
swasta.
·
Sosialis
dan kapitalis
-
Sistem kapitalis (capitalist economy)
Sistem
kapitalis adalah sistem ekonomi yang aset-aset produktif dan atau faktor
produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta. Sementara
tujuan utama kegiatan produksi adalah menjual untuk memperoleh laba.
-
Sistem sosialis
(sosialis economy)
Jika sistem
ekonomi kapitalis percaya bahwa kemakmuran bersama harus dibangun di atas fondasi kemakmuran individu, sistem
sosialis berpandangan sebaliknya , kemakmuran individu hanya mungkin tercapai
bila berfondasikan kemakmuran bersama. Konsekuensinya, penguasaan individu atas
aset-aset ekonomi atau faktor-faktor ekonomi yang harus ditekan sesedikit
mungkin. Itulah sebabnya dalam masyarakat sosialis sebagian besar kepemilikan
merupakan kepemilikan sosial (Social Property)
·
Persaingan
terkendali
Dalam sistem ekonomi indonesia ada
persaingan tidak sempurna (Oligopoli, Monopoli,dsb) tetapi pemerintah kerena
pemerintah tetap mengendalikan ekonomi dalam negara.karena pemerintah
memberikan subsidi dan bantuan lainya kepada para pengusaha kecil dan menengah
agar dapat terus bersaing dengan pengusaha yang lain sehingga kesejahteraan
akan meningkat. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal mengatur dan
mengawasi jalannya perekonomian negara, dengan menciptakan berbagai
kebijakan-kebijakan.
Kadar Kapitalisme dan Sosialisme
Sistem
ekonomi indonesia mengambil dari sistem kapitalisme dan sistem sosialisme yang
tidak semuanya diambil. Sistem Kapitalisme jika ada kesalahan dalam
praktek perdagangan yang tidak sehat, maka persaingan bebas diganti menjadi
persaingan tidak sempurna (Oligopoli, Monopoli, dsb) karena kebijaksanaan
moneter pemerintah yang kurang besar, dan tetp mempertahankan hak-hak dan
kebebasan azasi manusia (inti demokrasi politik, dalam UUD ‘ 45 dan pancasila)
dan sistem ekonomi indonesia menuju azas desentralisasi dalam birokrasi
pengambilan keputusan. Sistem Sosialisme adalah lebih menekan koreksi
terhadap ditribusi pendapatan dan kekayaaan yang tidak merata, dan menekan pada
keadilan masyarakat sehingga kelembagaanekonomi yang ada isinya dapat berubah
tergantung psikologi yang dipengaruhi olehperkembangan dunia.
Sehingga
Sistem Ekonomi Indonesia, memberikan kebebasan kepada individu untuk berusaha
semaksimal mungkin dan hak-hak setiap individu tersebut diakui oleh negara
(kapitalisme) tetapi untuk sumber-sumber daya yang menguasai hajat hidup orang
banyak seperti listrik, air dikuasai oleh negara (sosialisme).
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini sudah mengalami perbaikan dengan cukup mendasar. mata uang Rupiah berada pada kondisi yang stabil dan kompetitif, inflasi semakin terkendali. cadangan devisa mencapai tingkat yang aman, defisit APBN berhasil terus ditekan, ekspor mulai meningkat dan begitu juga pada investasi. Dengan para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dan para investor yang terus bergiat dalam menghadirkan produk dan jasa, yang selama ini telah menjadi tiang penyangga perekonomian nasional pada masa-masa sulit ini. negara-negara dan lembaga kreditor multilateral yang tergabung dalam the Consultative Groupon Indonesia (GCI), yang memberikan bantuan program dan proyek yang diperlukan untuk menutup defisit APBN yang semakin terkendali itu.
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini sudah mengalami perbaikan dengan cukup mendasar. mata uang Rupiah berada pada kondisi yang stabil dan kompetitif, inflasi semakin terkendali. cadangan devisa mencapai tingkat yang aman, defisit APBN berhasil terus ditekan, ekspor mulai meningkat dan begitu juga pada investasi. Dengan para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dan para investor yang terus bergiat dalam menghadirkan produk dan jasa, yang selama ini telah menjadi tiang penyangga perekonomian nasional pada masa-masa sulit ini. negara-negara dan lembaga kreditor multilateral yang tergabung dalam the Consultative Groupon Indonesia (GCI), yang memberikan bantuan program dan proyek yang diperlukan untuk menutup defisit APBN yang semakin terkendali itu.
BAB III
5.
Sejarah Ekonomi Indonesia
Masa
Pendudukan Belanda
Pada
masa penjajahan indonesia menerapkan sistem perekonomian monopolis. VOC adalah
lembaga yang menguasai perdagangan Indonesia saat itu. Pada masa VOC berkuasa
mereka menerapkan peraturan dan strategi agar mereka tetep menguasai
perekonomian Indonesia. VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah tetap tinggi,
Semua aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah
diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Untuk
mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi :
1.
Hak mencetak uang
2.
Hak mengangkat dan memberhentikan
pegawai
3.
Hak menyatakan perang dan damai
4.
Hak untuk membuat angkatan
bersenjata sendiri
5.
Hak untuk membuat perjanjian dengan
raja-raja
sejak tahun 1620, VOC hanya
menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu
rempah-rempah. Pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam
mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya
kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
1.
Peperangan yang terus-menerus
dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang
Diponegoro.
2.
Penggunaan tentara sewaan
membutuhkan biaya besar.
3.
Korupsi yang dilakukan pegawai VOC
sendiri.
4.
Pembagian dividen kepada para
pemegang saham, walaupun kas defisit.
Masa Pendudukan Inggris
Inggris
berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan
oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). maka penduduk pribumi
akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari
India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar
untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk
dari negara penjajah. bahkan mengalami kegagalan.Sebab-sebabnya antara lain :
1.
Masyarakat Hindia Belanda pada
umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang, apalagi untuk menghitung luas
tanah yang kena pajak.
2.
Pegawai pengukur tanah dari Inggris
sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
3.
Kebijakan ini kurang didukung
raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau mengakui suksesi jabatan
secara turun-temurun.
Masa
Culturstelsel
Cultuurstelstel
(sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den
Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada
permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan
produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh,
kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi
amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi
(monopoli ekspor). Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata
cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli
Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf
hidup mereka.
Sistem
Ekonomi Pintu Terbuka
Adanya
dorongan dari kaum humanis belanda yang menginginkan perubahan nasib warga
pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk
mengubah kebijakan ekonominya. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari
teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
1.
Keberadaan pemerintah Hindia Belanda
sebagai tuan tanah, pihak swasta yang mengelola perkebunan swasta sebagai
golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai buruh penggarap tanah.
2.
.Prinsip keuntungan absolut : Bila
di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan,
maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong mengalirnya faktor
produksi ke tempat tersebut.
3.
Laissez faire laissez passer,
perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda
masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan,
terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
Masa
pendudukan Jepang
Pemerintah
militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi
mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya,
terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat.
Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan,
karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak
jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama. Impor dan ekspor
macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya didapat dengan jalan
impor.
Seperti
ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh
pusat guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai
memenangkan perang Pasifik.
Perekonomian Indonesia Pada Masa
Orde Lama (1945-1950)
Pada
masa awal kemerdekaan perekonomian Indonesia amatlah buruk antara lain
disebabkan oleh inflasi yang sangat tinggi karena pada saat itu indonesia
menggunakan 3 mata uang, yaitu:
1. Mata uang De Javasche Bank,
2. Mata uang pemerintah Hindia Belanda,
3. Mata uang pendudukan Jepang.
Kemudian
pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East
Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang
dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang
kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang
Jepang.
Perekonomian Indonesia Pada Masa
Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa
ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai
teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Pada
akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru
merdeka. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara
lain :
1.
Gunting Syarifuddin, yaitu
pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar agar tingkat harga turun.
2.
Program Benteng (Kabinet Natsir),
yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional
agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor. Namun
usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan
tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
3.
Nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan
fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
4.
Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali
Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan
kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi. e)Pembatalan sepihak
atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha
pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.
Perekonomian Indonesia Pada Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai
akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem
etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Akan tetapi,
kebijakan-kebijakan ekonomi di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi
Indonesia,di sebabkan oleh:
1.
Devaluasi yang diumumkan pada 25
Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :
-
Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi
Rp 50,
-
Uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi
Rp 100, dan
-
Semua simpanan di bank yang melebihi
25.000 dibekukan.
2.
Pembentukan Deklarasi Ekonomi
(Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin..
Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
3.
Devaluasi yang dilakukan pada 13
Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang
rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di
masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka
tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka
inflasi.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai
tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat
pengeluaran-pengeluarannya.
Perekonomian Indonesia Pada Masa
Orde Baru
Setelah
jatuhnya masa pemerintahan presiden Soekarno dan digantikan oleh presiden Soeharto,banyak
rencana untuk membangun Indonesia menjadi negara yang lebih maja dan mampu
bersaing dengan negara lain. Pada masa ini perbaikan di bidang ekonomi dan
politik adalah prioritas utama. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena
pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.
Kebijakan
ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda,
penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan
pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun)
Hasilnya,
pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka
kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi
pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang
meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk
menekan jumlah kelahiran lewat KB dan pengaturan usia minimum orang yang akan
menikah.
Perekonomian Indonesia Pada Masa
Orde Reformasi
Pemerintahan
presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan
manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan
untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden
Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan.
BAB IV
PDB
, Pertumbuhan , dan Perubahan Struktur Ekonomi
·
Produk
Domestik Bruto
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan
semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu
tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara
tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa
memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi
dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor
produksi yang digunakan.
PDB Nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
PDB Nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Analisa Mekanisme (kinerja) Ekonomi Nasional berdasar PDB melalui 3 pendekatan, yaitu :
1.
Pendekatan
Produksi
2.
Pendekatan
Pengeluaran/Pembelanjaan
3.
Pendekatan Pendapatan
·
Pendekatan
Produksi
Pendekatan produksi diperoleh dengan
cara menjumlahkan nilai tambah (value added) dari semua sektor produksi. Besarnya
nilai produksi (angka-angka PDB) diperoleh dari : Nilai tambah
(value added) dari berbagai jenis barang & jasa. Sektor industri dapat
diklasifikasikan menjadi 11 sektor industri, yang biasanya terbagi menjadi 3
kelompok besar :
1.
Sektor Primer
2.
Sektor Sekunder
3.
Sektor Tersier
·
Pendekatan
Pengeluaran/Pembelanjaan
Perhitungan
dilakukan dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari unit/komponen2
ekonomi, yaitu:
1.
Konsumsi Rumah Tangga (RT)=C
2.
Perusahaan, berupa
investasi/pembentukan modal bruto =I
3.
Pengeluaran Pemerintah
(konsumsi/belanja pemerintah) =G
4.
Expor – Impor =(
X – M )
Dalam
Keseimbangan Perekonomian Nasional, sering di formulasikan dalam persamaan sbb:
PDB = C + I + G + ( X – M)
PDB = C + I + G + ( X – M)
·
Pendekatan Pendapatan
Diperoleh
dengan cara menghitung jumlah balas jasa bruto (blm dipotong pajak) / hasil
dari faktor produksi yang digunakan
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran
·
Faktor Penentu
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Subandi, dalam bukunya Sistem Ekonomi Indonesia,
menulis bahwa factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia
secara umum, adalah:
1.
Factor
produksi
2.
Factor
investasi
3.
Factor
perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran
4.
Factor
kebijakan moneter dan inflasi
5.
Factor
keuangan negara
Sedangkan Tambunan, dalam bukunya Perekonomian
Indonesia, menulis bahwa di dalam teoti-teori konvensional, pertumbuhan ekonomi
sangat ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas dari factor-faktor produksi
seperti SDM, kapital, teknologi, bahan baku, enterpreneurship dan energi. Akan tetapi, factor penentu tersebut untuk
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, bukan pertumbuhan jangka pendek.
Dengan kata
lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih baik, sama atau
lebih buruk dari tahun 2000 lebih ditentukan oleh factor-faktor yang sifatnya
lebih jangka pendek, yang dapat dikelompokkan ke dalam factor internal dan
eksternal.
Factor eksternal didominasi oleh factor-faktor
ekonomi, seperti perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi kawasan atau
dunia.
1. Faktor-faktor
Internal
a. Factor ekonomi, antara lain:
-
Buruknya
fundamental ekonomi nasional
-
Cadangan
devisa
-
Hutang
luar negeri dan ketergantungan impor
-
Sector
perbankan dan riil
-
Pengeluaran
konsumsi
b. Faktor non ekonomi, antara lain:
-
Kondisi politik, social dan keamanan
-
PMA dan PMDN
-
Pelarian modal ke luar negeri
-
Nilai tukar rupiah
Penutup
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah
ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan
kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah
ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin
Daftar pustaka
sidikaurora.wordpress.com/2011/02/16/perkembangan-sistem-perekonomian-indonesia-dari-masa-ke-masa/